Hari Allah menampakkan diri. Dalam
sebuah riwayat disebutkan,Hari Jumat Allah menampakkan diri kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman di Surga. Dari Anas bin Malik dalam mengomentari
ayat: “Dan Kami memiliki pertambahannya” (QS.50:35) mengatakan: “Allah
menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jumat.”
Masih
banyak keistimewan hari Jumat. Di antaranya adalah; Dalam “al-Musnad” dari
hadits Abu Lubabah bin Abdul Munzir, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
beliau bersabda:
“Penghulunya
hari adalah hari Jumat, ia adalah hari yang paling utama di sisi Allah
Subhanahu Wata’ala, lebih agung di sisi Allah Subhanahu Wata’ala dari pada hari
Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari Jumat tersebut terdapat lima keistimewaan:
Hari itu, bapak semua umat manusia, Nabi Adam ‘Alaihissalam diciptakan,
diturunkan ke dunia, dan wafat. Hari kiamat tak akan terjadi kecuali hari
Jum’at.
Karena
itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sangat memuliakan hari ini,
menghormatinya, dan mengkhususkannya untuk beribadah dibandingkan hari-hari
lainnya.
Di antara keutamaan dan
keistimewaan hari Jum’at adalah :1. Hari Jum’at adalah hari terbaik
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ
عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ
وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ
»
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik
dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam
diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan
dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi.” (HR. Muslim
nomor 854) [1]
2. Hari Jumat merupakan hari raya tiap pekan
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ
فِي جُمُعَةٍ مِنَ الْجُمَعِ: مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ،”إِنَّ هَذَا يَوْمٌ جَعَلَهُ
اللَّهُ لَكُمْ عِيدًا، فَاغْتَسِلُوا، وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ”
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasululla Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada
hari Jum’at, “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya
hari ini adalah hari yang dijadikan oleh Allah sebagai hari raya untuk kalian.
Karena itu, mandi dan bersiwaklah.” (HR. Ath-Thabrani nomor 3433) [2]
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَوْمُ عِيدٍ، فَلاَ تَجْعَلُوا يَوْمَ عِيدِكُمْ يَوْمَ صِيَامِكُمْ،
إِلاَّ أَنْ تَصُومُوا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ.
“Sesungguhnya,
hari Jumat adalah hari raya. Karena itu, janganlah kalian jadikan hari raya
kalian ini sebagai hari untuk berpuasa, kecuali jika kalian berpuasa sebelum
atau sesudahnya.” (HR.
Ahmad nomor 8012). [3]
3.
Hari Jumat merupakan “yaumul mazid” (hari
tambahan) bagi penduduk surga
Dari
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Jibril pernah mendatangiku, dan di tangannya ada sesuatu seperti
kaca putih. Di dalam kaca itu, ada titik hitam. Aku pun bertanya, “Wahai
Jibril, ini apa?” Beliau menjawab, “Ini hari Jumat.” Saya bertanya lagi, “Apa
maksudnya hari Jumat?” Jibril mengatakan, “Kalian mendapatkan kebaikan di
dalamnya.” Saya bertanya, “Apa yang kami peroleh di hari Jumat?” Beliau
menjawab, “Hari jumat menjadi hari raya bagimu dan bagi kaummu setelahmu.
Sementara, orang Yahudi dan Nasrani mengikutimu (hari raya Sabtu–Ahad).” Aku
bertanya, “Apa lagi yang kami peroleh di hari Jumat?” Beliau menjawab, “Di
dalamnya, ada satu kesempatan waktu; jika ada seorang hamba muslim berdoa
bertepatan dengan waktu tersebut, untuk urusan dunia serta akhiratnya, dan itu
menjadi jatahnya di dunia, maka pasti Allah kabulkan doanya. Jika itu bukan
jatahnya maka Allah simpan untuknya dengan wujud yang lebih baik dari perkara
yang dia minta, atau dia dilindungi dan dihindarkan dari keburukan yang
ditakdirkan untuk menimpanya, yang nilainya lebih besar dibandingkan doanya.”
Aku bertanya lagi, “Apa titik hitam ini?” Jibril menjawab, “Ini adalah kiamat,
yang akan terjadi di hari Jumat.
Hari ini merupakan pemimpin hari yang lain menurut kami. Kami menyebutnya sebagai “yaumul mazid”, hari tambahan pada hari kiamat.” Aku bertanya, “Apa sebabnya?” Jibril menjawab, “Karena Rabbmu, Allah, menjadikan satu lembah dari minyak wangi putih. Apabila hari Jumat datang, Dia Dzat yang Mahasuci turun dari illiyin di atas kursi-Nya. Kemudian, kursi itu dikelilingi emas yang dihiasi dengan berbagai perhiasan. Kemudian, datanglah para nabi, dan mereka duduk di atas mimbar tersebut. Kemudian, datanglah para penghuni surga dari kamar mereka, lalu duduk di atas bukit pasir. Kemudian, Rabbmu, Allah, Dzat yang Mahasuci lagi Mahatinggi, menampakkan diri-Nya kepada mereka, dan berfirman, “Mintalah, pasti Aku beri kalian!” Maka mereka meminta ridha-Nya. Allah pun berfirman, “Ridha-Ku adalah Aku halalkan untuk kalian rumah-Ku, dan Aku jadikan kalian berkumpul di kursi-kursi-Ku. Karena itu, mintalah, pasti Aku beri!” Mereka pun meminta kepada-Nya. Kemudian Allah bersaksi kepada mereka bahwa Allah telah meridhai mereka. Akhirnya, dibukakanlah sesuatu untuk mereka, yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati seseorang. Dan itu terjadi selama kegiatan kalian di hari jumat …. sehingga tidak ada yang lebih mereka nantikan, melebihi hari Jumat, agar mereka bisa semakin sering melihat Rabb mereka dan mendapatkan tambahan kenikmatan dari-Nya.” (H.R. Ath-Thabrani nomor 2084). [4]
Hari ini merupakan pemimpin hari yang lain menurut kami. Kami menyebutnya sebagai “yaumul mazid”, hari tambahan pada hari kiamat.” Aku bertanya, “Apa sebabnya?” Jibril menjawab, “Karena Rabbmu, Allah, menjadikan satu lembah dari minyak wangi putih. Apabila hari Jumat datang, Dia Dzat yang Mahasuci turun dari illiyin di atas kursi-Nya. Kemudian, kursi itu dikelilingi emas yang dihiasi dengan berbagai perhiasan. Kemudian, datanglah para nabi, dan mereka duduk di atas mimbar tersebut. Kemudian, datanglah para penghuni surga dari kamar mereka, lalu duduk di atas bukit pasir. Kemudian, Rabbmu, Allah, Dzat yang Mahasuci lagi Mahatinggi, menampakkan diri-Nya kepada mereka, dan berfirman, “Mintalah, pasti Aku beri kalian!” Maka mereka meminta ridha-Nya. Allah pun berfirman, “Ridha-Ku adalah Aku halalkan untuk kalian rumah-Ku, dan Aku jadikan kalian berkumpul di kursi-kursi-Ku. Karena itu, mintalah, pasti Aku beri!” Mereka pun meminta kepada-Nya. Kemudian Allah bersaksi kepada mereka bahwa Allah telah meridhai mereka. Akhirnya, dibukakanlah sesuatu untuk mereka, yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati seseorang. Dan itu terjadi selama kegiatan kalian di hari jumat …. sehingga tidak ada yang lebih mereka nantikan, melebihi hari Jumat, agar mereka bisa semakin sering melihat Rabb mereka dan mendapatkan tambahan kenikmatan dari-Nya.” (H.R. Ath-Thabrani nomor 2084). [4]
4. Pada
hari ini terdapat satu waktu di mana doa akan terkabulkan
Pada
hari Jum’at terdapat satu waktu yang mubarakah (diberkahi) yang
ditunjukkan oleh hadits shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
pernah membicarakan tentang hari Jum’at lalu beliau bersabda,
« فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا
عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
»
“Pada
hari itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim shalat
berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia
akan mengabulkannya.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, -yang kami
pahami- untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat).”
(HR. Bukhari nomor 893[5]
dan Muslim nomor 852) [6]
5.
Orang yang berjalan untuk menunaikan shalat Jum’at akan diampuni
عَنْ
سَلْمَانَ الْفَارِسِىِّ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « لاَ يَغْتَسِلُ
رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ
مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ
بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ
الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى »
Dari
Salman Al-Farisi berkata, Nabi –Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at dan bersuci
semampunya, berminyak dengan minyaknya atau mengoleskan minyak wangi dari
rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang
(yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat sesuai dengan
tuntunannya, lalu diam mendengarkan khutbah dengan seksama ketika imam
berkhutbah, melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at
tersebut dan Jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari nomor 843). [7]
6.
Langkah kaki orang yang shalat Jum’at bernilai puasa dan qiyam selama setahun
Diriwayatkan
dari Aus bin Aus Ats-Tsaqafi -Radliyallah ‘Anhu,
berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ
غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ
يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ
عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا
“Barangsiapa
mandi pada hari Jum’at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan
tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak
berbuat lagha (sia-sia), maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan
mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun.” (HR. Abu Dawud nomor 345). [8]
7.
Antara Jum’at yang satu dan Jum’at selanjutnya adalah pelebur dosa atas apa
yang terjadi di antara keduanya, dan ditambah tiga hari. Nabi Muhammad
bersabda,
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ
أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ
خُطْبَتِهِ ثُمَّ يُصَلِّىَ مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ
الأُخْرَى وَفَضْلَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ »
Dari
Abu Hurairah, dari Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam-
bersabda, “Barangsiapa mandi lalu mendatangi shalat Jum’at. Kemudian
shalat sesuai dengan yang ditentukan untuknya kemudian diam mendengarkan khutbah
hingga selesai lalu shalat bersama imam, maka diampunkan dosanya yang terjadi
antara dua Jum’at ditambah tiga hari.” (HR. Muslim nomor 857). [9]
8.
Meninggal pada hari atau malam Jum’at termasuk tanda husnul khatimah
حَدَّثَنَا
مُعَاوِيَةُ بْنُ سَعِيدٍ التُّجِيبِيُّ، عَنْ أَبِي قَبِيلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بن عَمْرِو بن الْعَاصِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَنْ مَاتَ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ، أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ وُقِيَ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Mu’awiyah
bin Sa’id At-Tujibiy mengabarkan dari Abu Qabil, dari Abdullah bin Amru bin Ash
berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Barangsiapa yang meninggal pada hari
jum’at atau malam jum’at maka ia diselamatkan dari fitnah kubur.”
(HR. At-Tabrani nomor 1534) [10]
9.
Bergegas pergi shalat Jum’at termasuk sedekah yang paling agung.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ -رضى الله عنه- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ
« مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا
قَرَّبَ بَدَنَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ
بَقَرَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا
أَقْرَنَ ، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً
، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً ، فَإِذَا
خَرَجَ الإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ » .
Dari
Abu Hurairah –Radhiyallahu anhu- bahwa
Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam-bersabda, “Barangsiapa
mandi janabah pada hari Jum’at, kemudian pergi pada jam pertama, seolah-olah ia
berkurban seekor onta, barangsiapa yang pergi pada jam kedua ia seolah-olah berkurban
seekor sapi, barangsiapa pergi pada jam ketiga ia seolah-olah berkurban seekor
kambing bertanduk, barangsiapa pergi pada jam keempat ia seolah-olah berkurban
seekor ayam, barangsiapa pergi pada jam kelima ia seolah-olah berkurban sebutir
telur. Jika Imam sudah keluar –untuk berkhutbah- malaikat datang mendengarkan
dzikir. (khutbah, nasehat dan dzikir).” (HR. Bukhari nomor 841) [11].
10. Keutamaan agung yang dimiliki umat
Muhammad adalah ditunjukannya mereka kepada hari Jum’at ini.Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
نَحْنُ
الْآخِرُونَ الْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَنَحْنُ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ
فَاخْتَلَفُوا فَهَدَانَا اللَّهُ لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنْ الْحَقِّ فَهَذَا يَوْمُهُمْ
الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ هَدَانَا اللَّهُ لَهُ قَالَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فَالْيَوْمَ
لَنَا وَغَدًا لِلْيَهُودِ وَبَعْدَ غَدٍ لِلنَّصَارَى
“Kita
adalah umat terakhir yang paling awal pada hari kiamat. Kita adalah orang yang
pertama kali masuk surga. Hanya saja, mereka diberi al Kitab sebelum kita,
sedangkan kita diberi sesudah mereka. Tapi mereka berselisih pendapat (tentang
suatu hari). Lalu Allah menunjukkan kebenaran kepada kita mengenai apa yang
mereka perselisihkan tersebut. Inilah hari yang mereka perselisihkan itu, dan
Allah menunjukkan hari tersebut kepada kita –beliau menyebutkan hari Jum’at-,
maka hari ini (Jum’at) adalah hari kita, besok (Sabtu) harinya orang-orang
Yahudi, dan lusa (Ahad) adalah harinya orang-orang Nashrani.” (HR. Muslim nomor 855) [12]
Hadits
di atas dikuatkan dengan hadits Hudzaifah –Radhiyallahu anhu, Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
« أَضَلَّ اللَّهُ عَنِ
الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا فَكَانَ لِلْيَهُودِ يَوْمُ السَّبْتِ وَكَانَ لِلنَّصَارَى
يَوْمُ الأَحَدِ فَجَاءَ اللَّهُ بِنَا فَهَدَانَا اللَّهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ فَجَعَلَ
الْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ وَالأَحَدَ وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
نَحْنُ الآخِرُونَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا وَالأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمَقْضِىُّ
لَهُمْ قَبْلَ الْخَلاَئِقِ ».
“Allah
telah menyesatkan umat sebelum kita perihal hari Jum’at. Umat Yahudi memiliki
hari Sabtu dan umat Nashrani memiliki hari Ahad. Lalu Allah mendatangkan kita,
lalu Dia memberikan petunjuk kepada kita tentang hari Jum’at. Dan menjadikan
(secara berurutan); hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Mereka kelak juga mengikuti
kita pada hari kiamat. Kita adalah umat terakhir dari penduduk dunia, tetapi orang
pertama yang diadili sebelum semua makhluk.” (HR. Muslim nomor 856)[13].
Demikianlah
keutamaan-keutamaan hari Jum’at yang tersebut dalam hadits Nabi sebagai
motifasi bagi kita agar senantiasa menghormati, mengistimewakan, dan
mengagungkan hari mulia ini dengan berbagai amal kebajikan. Mudah-mudahan Allah
selalu menunjuki kita kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar