PUASA
DAUD
Puasa daud adalah puasa sunnah yang dikerjakan dengan satu hari berpuasa dan satu hari berbuka, puasa daud alangkah baik dikerjakan dengan istiqomah, namun jika melihat sisi lain kita adalah manusia biasa yang mempunyai kekurangan dalam berbagai hal dan mempunyai nafsu. Jadi boleh kita kerjakan semampu kita dan tidak harus memaatok berpa tahun kita harus berpuasa.
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ
وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
كَانَ
يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَه وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ
يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا.
Puasa yang paling
disukai di sisi Allah adalah puasa Dauddan shalat yang paling disukai Allah
adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun
pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam
terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.”
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
pernah ditanya:
Pertanyaan no. 444: “Apabila ada seseorang
yang berpuasa sehari dan tidak puasa sehari, sedangkan ketika itu giliran
puasanya menepati hari Jumat, apakah dia diperbolehkan berpuasa di hari itu
atau tidak?”
Diriwayatkan dari Abu Qatadah bahwa ada
seorang laki-laki yang mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah
bagaimana anda berpuasa?’ maka Rasulullah saw pun marah terhadap perkataan oang
itu. Tatkala Umar melihat hal itu, dia berkata,’Kami telah rela Allah sebagai
Tuhan kami, islam sebagai agama kami dan Muhammad sebagai nabi kami. Kami
berlindung kepada Allah dari kemarahan Allah da kemarahan Rasul-Nya.’
Kemudian orang itu berkata,”Wahai
Rasulullah bagai dengan orang yang berpuasa sepanjang masa?” Beliau
bersabda,’Tidak ada puasa dan tidak ada berbuka.’
Musaddad
berkata (terhadap kalimat ini),”Tidak berpuasa dan tidak pula berbuka.’
Atau,’tidak berpuasa dan tidak berbuka.’ disini Ghoilan merasa ragu—.
“Orang
itu berkata lagi,’Wahai Rasulullah bagaimana dengan orang yang berpuasa dua
hari dan berbuka sehari?”
Beliau
saw bersabda, “adakah orang yang menyaggupi hal itu?” Orang itu berkata,’Wahai
Rasulullah bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka sehari.”
Beliau
saw menjawab, “itu adalah puasa Daud.’ Orang itu berkata,’Wahai Rasulullah
bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka dua hari.
Dia
berkata lagi, “Aku berharap bahwa aku menyanggupinya.’ Kemudian Rasulullah saw
bersabda, (berpuasa) tiga hari dalam sebulan dan dari ramadhan hingga ramadhan
maka ini (sama) dengan berpuasa sepanjang masa. Berpuasa pada hari arafah dan
aku meyakini bahwa disisi Allah hal ini akan menghapuskan (dosa) setahun
sebelumnya.” (HR. Abu Daud)
Beliau menjawab, “Ya, boleh bagi seseorang
apabila dia telah terbiasa berpuasa sehari dan tidak puasa sehari kemudian dia
berpuasa hari Jumat itu saja (tanpa mengiringi dengan puasa sehari sebelum atau
sesudahnya) atau hari Sabtu saja, atau Ahad, atau di hari-hari yang lainnya
selama tidak menabrak hari-hari terlarang untuk puasa, karena apabila dia
menabrak hari-hari terlarang untuk puasa maka dia haram berpuasa dan wajib
baginya meninggalkan puasanya (tidak boleh puasa).
Misalnya apabila ada seorang lelaki yang
berpuasa sehari dan tidak puasa sehari, kemudian (giliran) tidak puasanya
bertepatan dengan hari Kamis sehingga giliran puasa (berikutnya) bertepatan
dengan hari Jumat maka tidak ada halangan baginya untuk berpuasa pada hari
Jumat dalam kondisi demikian, sebab dia tidaklah berpuasa di hari Jumat karena
status hari itu adalah hari Jumat.
Akan
tetapi karena dia sekedar meneruskan puasa yang biasa dilakukannya.
Adapun apabila dia meneruskan puasa yang
biasa dilakukannya (dan) bertepatan dengan hari terlarang untuk puasa maka
wajib baginya meninggalkan puasa seperti apabila (giliran) puasanya itu
bertepatan dengan hari Idul Adha atau hari Tasyriq, sebagaimana apabila ada
seorang perempuan yang biasa berpuasa sehari dan tidak puasa sehari kemudian
dia menjumpai sesuatu yang menghalanginya untuk berpuasa seperti karena sedang
haidh atau nifas- maka saat itu dia tidak boleh berpuasa.” (Diterjemahkan dari Fatawa Arkanil Islam, hal.
492, cet Dar Ats Tsuraya).waffaqaniyallahu
wa iyaakum limaa yuhibbuhu wa yardhaahu.
semoga bermanfaat selebihnya, Wallahu A'lam Bi showab...